Wednesday, March 31, 2010

BUSINESS CYCLE PADA SITUS BERITA

Siapa yang tidak kenal situs berita detikcom?. Mungkin situs yang pertama kali anda kunjungi ketika menyalakan computer dan membuka browser adalah detikcom. Jika iya, berarti anda merupakan salah satu orang, dari sekian banyak orang yang membantu detikcom menjadi situs local yang paling banyak di klik di Indonesia.

Dalam daftar situs yang paling sering di klik di Indonesia, detik.com menduduki urutan ke sembilan di Alexa. Ia hanya dikalahkan oleh raksasa-raksasa kelas dunia seperti Facebook, google, yahoo!, Blogger, Wordpress dan Youtube. Satu-satunya situs local yang mengalahkan urutan detik.com yakni kaskus (urutan enam). Tak heran jika Detikcom merupakan salah satu situs berita terpopuler di Indonesia.

Detikcom didirikan oleh Budiono Darsono (eks wartawan DeTik), Yayan Sopyan (eks Wartawan DeTik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo) dan Didi Nugrahadi pada tanggal 9 Juli 1998. Semula peliputan utama detikcom terfokus pada berita politik,ekonomi dan teknologi informasi. Baru setelah politik mulai mereda dan ekonomi membaik, detikcom memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan dan olahraga.

Banyak cerita menarik pada awal berdirinya detikcom. Kisah klasik pada masa jatuhnya pemerintahan Soeharto sekitar tahun 1998, dimana breaking news menjadi sedemikian penting artinya. Seorang komandan militer di Jakarta yang sangat membutuhkan berita memerintahkan anak buahnya, “Coba tolong carikan detikcom, ada berita penting disitu!”. Anak buahnya: “Siap Komandan!”. Lalu si Anak buah komandan mencari detikcom di penjaja Koran. Di setiap perempatan, dia berhenti dan menanyakan detikcom ke penjaja koran disitu. Setelah putus asa, kembalilah dia dengan tangan hampa dan melapor komandannya. “Lapor komandan Detikcom habis!”

Tapi itu adalah cerita dulu. Sekarang, jika dilihat dari alat ukur seberapa besar potensi yang dimiliki situs yakni page view (jumlah halaman yang diakses), jumlah page view detikcom sekarang mencapai 3 juta per harinya (sumber Wikipedia).

Tak heran dengan besarnya potensi tersebut, pendapatan iklan detikcom terus menanjak. Memang pendapatan iklan merupakan penyumbang terbesar penerimaan detikcom. Menurut Budiono Darsono, salah satu pendiri detikcom, sebagaimana dikutip dari majalah Trust No.27/VII edisi 4-10 Mei 2009, dalam tiga bulan pertama tahun 2009 saja mereka sudah meraup Rp 25,1 milyar. Sedangkan tahun 2009 saja, target pemasukan dari iklan dipatok pada angka Rp 110 milyar (belum diketahui realisasi penerimaan iklan detikcom untuk tahun 2009)

Menarik untuk dipelajari disini adalah mengenai proses bisnis yang ada pada situs berita detikcom. Bagaimana kira-kira proses bisnis yang berjalan hingga detikcom menjadi situs berita yang popular di Indonesia? Penulis akan mencoba menjabarkan proses bisnis yang mungkin berlangsung di detikcom.

Berbeda dengan media massa pada umumnya yang berbentuk tulisan diatas kertas dan jamaknya dijual, detikcom merupakan situs berita online yang dapat diakses siapapun secara free via internet. Lalu darimana detikcom memperoleh pendapatan? Tentunya iklan merupakan penerimaan yang utama dari media online. Semakin bagus tayangan pada situs tersebut, maka semakin banyak orang yang mengaksesnya. Jika jumlah pengakses halaman semakin banyak, minat pemasang iklan pada situs tersebut menjadi tinggi. Jadi kuncinya terletak pada tampilan atau tayangan yang bagus dalam situs media online.

Pada umumnya proses bisnis yang berlangsung dalam suatu entitas terdiri dari Production Cycle, Revenue Cycle, HR/Payroll Cycle, Expenditure Cycle dan Finance Cycle. Keseluruhan data siklus (Cycle) akan terkumpul di General Ledger and Reporting System yang berguna untuk pembuatan laporan untuk pihak internal maupun pihak eksternal.

Bila dirunut secara sederhana, proses awal dari business cycle detikcom ada pada Production Cycle, meliputi proses development server dan segala macam hardware maupun software yang dibutuhkan untuk penayangan berita. Input yang diperlukan (hardware maupun software) diperoleh dari tahap Expenditure Cycle. Selain hardware dan software, diperlukan juga Labor (sebagai brainware). Labor yang dibutuhkan, dipasok dari tahap Human Resources/ Payroll Cycle. Jadi singkatnya proses Production Cycle membutuhkan input berupa hardware dan software yang berasal dari Expenditure Cycle, dan Labor yang merupakan brainware dipasok dari Human Resources/ Payroll Cycle.

Setelah Berita layak tayang dan space iklan available pada proses Production Cycle, maka tahap berikutnya berlanjut di Renenue Cycle.

Revenue Cycle merupakan tingkat pemasaran dari space iklan situs detikcom yang tersedia. Demand dari pemasang iklan ini sangat tergantung dari produk yang dihasilkan oleh Production Cycle, yakni breaking news yang berbobot dan disukai pembaca. Semakin banyak pengunjung yang meng klik detikcom untuk melihat tayangannya, mestinya harga space iklan yang tersedia semakin meningkat.

Penerimaan (fund) yang berasal dari iklan, oleh Revenue Cycle kemudian dikirimkan ke Finance Cycle agar dapat dikelola dengan baik. Adapun dana yang didapat (fund) merupakan sarana yang digunakan entitas untuk menghire pegawai pada HR/Payroll Cycle maupun membeli atau memelihara peralatan pada Expenditure Cycle.

Expenditure Cycle bertanggung jawab terhadap segala kebutuhan logistic dari Production Cycle.

Maka dapat disimpulkan bahwa business cycle ini merupakan proses yang berkesinambungan dari cycle dasar yang ada pada suatu entitas.

Last but not least, seluruh data yang dihasilkan dari masing-masing tahap business cycle akan di poll pada General Ledger and Reporting System yang nantinya berguna dalam penyusunan laporan untuk pihak Internal maupun pihak eksternal.

(Tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan dibuat sebagai tugas individu matakuliah Sitem Informasi Keuangan – Magister Manajemen UMB )

Followers